Gubuk

0 kali

Baca Juga




Dulu, selepas menikah kita masih satu atap dengan orang tua. Hidup kita tidak bisa berkembang. Mungkin karena merasa masih ada orang tua. Dan ketika beberapa bulan selepasnya lumpur lapindo menenggelamkan rumah kita dan mengusir kita dengan santainya, kita mencoba untuk mandiri dengan mengontrak rumah sangat sederhana sekali. Bahkan rumah yang kita kontrak, masih belum ada lampunya. Ahhh gelap jika mengingat masa kehidupan itu.
Hampir dua tahun kita tinggal di kontrakan, hari-hari kita lalui bersama. Makan atau tidak tak ada orang lain yang tau. Tapi yang pasti aku sebagai lelaki tetap berusaha sebaik mungkin untuk memberikan yang terbaik untukmu. Aku ingat bisikmu yang begitu manja, mas andai kita punya gubuk atau rumah sendiri mungkin lebih enak. Ya pastilah, jawabku meyakinkanmu. Aku, bukan tipe lelaki perayu yang suka menjanjikan istana atau rumah mewah. Apalagi merayu, asalkan tinggal bersamamu tinggal digubukpun aku rela. Emmm itukan kata para pemabuk cinta.
Yang pasti, saat ini kita harus selalu bersyukur, setidaknya kita tidak tinggal dikontrakan yang pastinya akan selalu disibukkan dengan pikiran untuk mengangsur setiap tahunnya. Bersyukur atas segala nikmat dan anugerah yang telah tuhan berikan bagiku wajib, begitupun bagimu.Untuk saat ini, kita harus berupaya untuk selalu memberikan kemanfaatan bagi sesama, atas amanah yang telah tuhan berikan. Berfikir menjadikan rumah ini bagai layaknya surga, dalam artian, ketenangan dan kedamaian yang harus dicipta. Serta tetap menjadikan rumah yang memberikan kemanfaatan untuk sesama.
Mari kita belajar dari apa yang sudah kita alami selama ini. Berusaha mencari nafkah dengan jalan yang benar lagi di ridhoi Allah. Tentunya, bukan untuk menumpuk harta atau membangun istana layaknya tajmahal yang ada di sana. Melainkan sebagai sarana ibadah yang akan membuat kita lebih dekat dengan sang pencipta.
Ingat!, jangan terkecoh oleh gemerlapnya dunia. Bukankah engkau sudah tau, sebaik-baiknya perhiasan dunia itu adalah wanita sholihah. Dan ketahuilah, sebaik-baiknya perhiasan itu, ialah dirimu. Aku sudah sangat bersyukur, hampir sebelas tahun sudah kita lalui bersama. Entah suka atau duka, engkau selalu ada. Itulah yang membuatku hidup selalu terasa di surga. Ini bukan sekadar merayumu, atau sekadar membuat kata manis untukmu. Bukankah engkau sudah tahu, aku tipe lelaki yang tak pandai merayu?.
Jika di langit ada bintang, maka bintang dibumi bagi penghuni langit adalah rumah kita diantaranya. Walau sederhana dan tak bermegah-megah, setidaknya tiap hari di rumah itu ada orang yang mengaji dan membaca kitab suciNya. Semoga hunian layaknya surga ini, bisa semakin memberikan keberkahan dan kemanfaatan untuk sesama begitupun dengan kehidupan kita. Aamiiin.

Posting Komentar

0 Komentar