Baca Juga
Berbicara
tentang literasi untuk para pegiatnya memang tidak akan pernah bosan. Apalagi
sekarang ini, literasi sudah menjadi endemi—yang mewabah menjadi salah satu
‘penyakit’—yang mudah menular dari satu orang ke orang lain. Kini literasi
tidak hanya disukai oleh kalangan yang dekat dengan buku saja, masyakarat dari
banyak tingkatan pun mulai terjangkiti ‘penyakit’ literasi. Wabah tersebut
ternyata juga sampai di Kota Udang Sidoarjo, dan dibangunkan kembali oleh
anak-anak muda yang menamakan diri sebagai Komunitas Malam Puisi Sidoarjo.
Malam Puisi
Sidoarjo yang menyajikan acara sharing
proses kreatif menulis dengan mengundang penulis berbakat dari Sidoarjo dan
merayakan puisi ini digelar pada Minggu, 20 Maret 2016 dengan dihadiri oleh 20
peserta. Acara yang menyuguhkan cara mencintai literasi dengan unik ini
sebelumnya sudah menyelenggarakan Malam Puisi Sidoarjo pertama dan kedua.
Sebelum
memasuki proses sharing kreatif,
terlebih dulu peserta yang hadir bergantian membacakan puisi-puisi sendiri
ataupun puisi penyair nasional. Suasana malam dan aroma keheningan sangat
menunjang kesyukukan acara. Ferdi Afrar salah satu peserta Malam Puisi Sidoarjo
membacakan puisinya sendiri yang berjudul ‘Pintu’ sebagai pembuka acara.
Disusul peserta lain seperti Asoka Ahmad, Denny Novita, dan lainnya yang juga
turut merayakan puisi.
Malam Puisi
Sidoarjo yang mulus terlaksana di Perpustakaan Taman Ilmu Masyarakat Buduran
Sidoarjo kali ini mengundang Shabrina WS penulis novel dan fabel dari Sidoarjo
yang karyanya sudah bertebaran di toko buku nasional. Pada kesempatan ini,
Shabrina berbagi ilmu menulis yang menarik kepada peserta. Menuliskan binatang
sebagai salah satu tokoh dalam sebuah novel romance
adalah hal yang bisa dibilang rumit tapi mengagumkan. Lebih mengagumkan lagi, karena
melalui tulisan ia sembari mengampanyekan kecintaan terhadap satwa dengan cara
yang berbeda. ia ingin menyentuh hati manusia agar mencintai satwa melalui
karya.
Pada akhir
acara, Shabrina menekankan agar tidak jemu berliterasi. “Usahakan selalu
membaca dan menulis setiap hari walaupun sebentar dan sedikit,” lontarnya saat
ditanya oleh salah satu peserta tentang bagaimana cara konsisten bertahan
mencintai literasi. “Jangan lupa, menulislah apa yang kita tahu. Saya menulis
tentang binatang, karena saya mencintainya. Saya ingin pembaca tahu, bahwa
binatang jelas punya sudut pandang yang berbeda dengan kita,” lanjutnya memberi
penjelasan.
Sebagian gambaran
0 Komentar